Sabtu, 05 April 2014

Rancangan Pembelajaran dan Laporan Hasil Pembelajaran Micro Teaching

Oleh:
Kelompok 1

 Arief Tri Prabowo            101301118
  Rony P. Syahputra            111301008  
RM Afif Handri Nabawi   121301010
M. Yusuf Lubis                 121301028



FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2014
 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada masa globalisasi, bahasa Inggris menjadi modal komunikasi yang sangat penting. Mengingat bahasa Inggris adalah bahasa internasional. Kemampuan bahasa Inggris sudah seharusnya diajarkan dan digunakan sejak dini. Dengan terbiasanya individu, terutama anak-anak dalam menggunakan bahasa Inggris secara komprehensif, diharapkan kemampuan tersebut menjadi modal yang sangat membantu di masa depan.
Pengajaran secara pedagogi diperlukan untuk mengajar dan mendidik anak-anak terutama yang masih duduk di bangku sekolah dasar sebagai fondasi yang kuat dalam kemampuan bahasa Inggris.  Maka dari itu, kami dari kelompok 1 akan melakukan pengajaran bahasa Inggris dengan berbasis pedagogi kepada anak-anak tingkat sekolah dasar dengan metode yang menyenangkan dan efektif untuk memastikan siswa mencapai target yang diharapkan.
B.     Komunitas
Pada proses pembelajaran ini kami mengajak 8 orang anak dengan latar belakang pendidikan sekolah dasar dari kelas 4 sampai dengan kelas 6 SD di jalan Cempaka VII Kecamatan Medan Selayang. Anak-anak tersebut kami pilih dikarenakan kebutuhan mereka untuk menguasai bahasa Inggris, dan mendapatkan pengalaman baru dalam berbahasa Inggris. Berikut nama-nama peserta didik:
No.
Nama
Jenis Kelamin
Kelas
1.
Akbar
Laki-laki
IV
2.
Agung
Laki-laki
V
3.
Ilyas
Laki-laki
V
4.
Fajar
Laki-laki
V
5.
Rio
Laki-laki
IV
6.
Nur Aida
Perempuan
V
7.
Mutiara
Perempuan
V
8.
Zahra
Perempuan
VI
C.    Waktu
Proses pengajaran akan berlangsung dalam 3 kali pertemuan, yaitu:
No.
Pertemuan
Hari/ Tanggal
Waktu
1.
I
Kamis, 27 Maret 2014
18.50-19.45 WIB
2.
II
Jum’at, 28 Maret 2014
18.50-19.45 WIB
3.
III
Minggu, 30 Maret 2014
18.50-19.45 WIB
D.    Setting
Pengajaran dilakukan di lantai 2 mesjid At-Taqwa. Fasilitas yang digunakan adalah karpet untuk tempat duduk pada saat pengajaran berlangsung. Lay out ruangan berbentuk aula mesjid.
BAB II
KONSEP RANCANGAN PEMBELAJARAN
A.    Pembagian Sekuen Pembelajaran
Pertemuan dibagi manjadi 3 sesi, yaitu: sesi pembuka, isi, dan penutup. Sesi pembuka akan berlangsung selama 10 menit pada setiap pertemuan, dilakukan dengan perkenalan pada pengajar, dan instruksi mengenai pembelajaran yang akan dilakukan serta petunjuk untuk proses belajarnya.
Pada sesi isi, pengajar akan memberikan pengajaran. Setiap pertemuan memiliki tema pembelajaran yang berbeda, yaitu:
1.      Pertemuan I : Kamis, 27 Maret 2014
·         Pendahuluan/ Perkenalan  (10 Menit)
-          Mengucapkan salam dan menanyakan kabar
-          Pengajar memperkenalkan diri
-          Berdo'a
·         Isi (30 menit)  materi : Introduction (perkenalan diri menggunakan bahasa Inggris)
-          Pengajar mencoba menjelaskan apa maksud dari pembelajaran hari ini
-          Pengajar memberikan kalimat-kalimat yang dapat menjadi contoh bagaimana cara memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris
-          Pengajar mencontohkan cara memperkenalkan diri
-          Pengajar membimbing setiap anak didik untuk memperkenalkan diri
-          Memberikan Games berjudul “Who’s your friend?”
·         Penutup (10 Menit)
-          Memberikan snack kepada peserta didik
-          Memberikan reward kepada peserta didik terbaik
-          Menutup pembelajaran dengan mengucapkan terimakasih
2.      Pertemuan II : Jumat, 28 Maret 2014 
·         Pendahuluan/ Perkenalan (10 Menit)
-          Mengucapkan selamat malam dan menanyakan kabar
-          Mengulang materi sebelumnya secara singkat
-          Berdoa
·         Isi (30 menit) materi : procedure (prosedur menggunakan bahasa Inggris)
-          Memberitahu maksud dari pengajaran
-          Memberikan contoh kalimat untuk menjelaskan sesuatu
-          Memberikan contoh dengan membuat teh dengan menjelaskannya memakai bahasa Inggris
·         Membantu peserta didik menjelaskan membuat teh secara bergantian
·         Penutup (10 Menit)
-          Memberikan snack kepada peserta didik
-          Memberikan reward kepada peserta didik terbaik
-          Menutup pembelajaran dengan mengucapkan terimakasih
3.       Pertemuan III : Minggu, 30 Maret 2014
·         Pendahuluan/ Perkenalan (10 Menit)
-          Mengucapkan selamat malam, menanyakan kabar hari ini
-          Mengulang materi sebelumnya secara singkat
-          Berdoa
·         Isi (30 menit) materi : Meet The Stranger
-          Menjelaskan maksud dari pengajaran hari ini
-          Memberikan contoh kalimat kepada anak didik jika bertemu orang asing
-          Bermain role play antara 2 orang pengajar, dimana salah seorang menjadi stranger
-          Membimbing anak didik bermain role play secara bergantian
·         Penutup (10 Menit)
-          Memberikan snack kepada peserta didik
-          Memberikan reward kepada peserta didik terbaik
-          Menutup pembelajaran dengan mengucapkan terimakasih
             Untuk pertemuan pertama dengan tema introduction akan dibawakan permainan berjudul “Who’s your friend”. Pada permainan ini peserta didik diminta untuk mendengarkan temannya memperkenalkan diri dengan menyebutkan, nama, usia, kelas, dan hobi nya, kemudian akan ditunjuk satu orang untuk maju kedepan dan anak didik yang lain menyebutkan siapa nama dari orang tersebut.
        Pada pertemuan kedua akan diberikan permainan Guess the picture”. Pada permainan ini akan diberikan gambar-gambar, kemudian peserta didik diminta untuk menyebutkan nama dari gambar tersebut dalam bahasa Inggris. Pada pertemuan ketiga penutup akan diberikan dalam bentuk penutupan kegiatan belajar.
B.     Pembagian Tugas Kelompok
a.       Pertemuan pertama
·         Teacher           : RM. Afif Handri
  Rony Syahputra
·         Observer         : Arief Tri Prabowo
  M. Yusuf
b.      Pertemuan kedua
·         Teacher           : Rony Syahputra
  RM. Afif Handri Nabawi
·         Observer          : M. Yusuf
  Arief Tri Prabowo
c.       Pertemuan ketiga
·         Teacher           : Arief Tri Prabowo
  M. Yusuf
·         Observer         : RM. Afif Handri nabawi
  Rony Syahputra
C.    Alat Bantu yang Digunakan
                  Alat bantu yang akan digunakan dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
·         1 buah papan tulis
·         3 buah spidol
·         1 buah kamera
·         8 buah snack (@3000/anak) x 3 hari untuk konsumsi peserta didik
·         3 buah pulpen untuk reward dalam pengajaran
·         3 buah buku untuk reward dalam pengajaran
·         Alat untuk demonstrasi (Teh, gula, air panas, termos)

BAB III
PROSES PEMBELAJARAN
A.    Skenario Pembelajaran
1. Pertemuan I
                   Pertemuan dimulai dengan mengucapkan salam, menanyakan kabar hari ini. kemudian pengajar memperkenalkan diri lalu mengajak peserta didik Berdoa. Materi yang diberikan pada pertemuan pertama adalah Introduction (perkenalan diri menggunakan bahasa Inggris). Awalnya, pengajar mencoba menjelaskan apa maksud dari pembelajaran hari ini dan memberikan kalimat-kalimat yang dapat menjadi contoh bagaimana cara memperkenalkan diri dalam bahasa Inggris. Kemudian pengajar mencontohkan cara memperkenalkan diri dan mulai membimbing setiap peserta didik untuk memperkenalkan diri.
                  Pada akhir proses pengajaran, pengajar memberikan permainanan berjudul “Who’s your friend?”. Lalu Memberikan snack kepada anak-anak dan memberikan reward kepada peserta didik yang aktif. Pada akhir pertemuan pengajar mengucapkan terimakasih dan mempersilahkan peserta didik kembali kerumah masing-masing.
2. Pertemuan II
              Pertemuan dimulai dengan mengucapkan salam, menanyakan kabar hari ini dan mengulang sedikit dua materi sebelumnya, kemudian mengajak anak didik Berdoa. Materi 3 adalah: procedure (mengenalkan prosedur menggunakan bahasa Inggris). Awalnya, pengajar memberitahu maksud dari pengajaran dengan memberikan contoh kalimat untuk menjelaskan langkah-langkah sambil pengajar menuliskan langkah-langkahnya di papan tulis. Lalu pengajar memberikan contoh dengan membuat teh secara langsung dan menjelaskannya memakai bahasa Inggris. Pengajar membantu anak didik menjelaskan membuat teh secara bergantian dan memberikan games berjudul “guess the picture”.
                  Pada akhir pengajaran, pengajar membimbing anak didik bermain role play membuat teh secara bergantian. Kemudian akan dipilih satu anak yang terbaik dalam proses pembelajaran secara tiga hari untuk diberikan reward. Kegiatan ditutup dengan mengucapkan terima kasih kepada peserta didik serta mengucapkan selamat malam.
3. Pertemuan III
                   Pertemuan dimulai dengan mengucapkan salam, menanyakan kabar hari ini dan mengulang sedikit dua materi sebelumnya, kemudian mengajak anak didik Berdoa. Materi 3 adalah: meet the stranger, yang dimulai dengan menjelaskan maksud dari pengajaran hari ini. Lalu memberikan contoh kalimat kepada anak didik jika bertemu orang asing. Pengajar kemudian bermain role play antara 2 orang pengajar, dimana salah seorang menjadi stranger. Pada akhirnya pengajar membimbing anak didik bermain role play secara bergantian. Kegiatan ditutup dengan mengucapkan kata-kata perpisahan dan terima kasih kepada peserta didik serta mengucapkan selamat malam.
B.     Objek Observasi
1. Komunikasi
                  Komunikasi yang terjadi pada proses pengajaran adalah komunikasi dua arah. Artinya antara pengajar dan peserta didik terjadi interaksi yang aktif. Pengajar memberikan bantuan kepada peserta didik untuk setiap materi baru yang akan mereka terima. Komunikasi tidak hanya terjadi secara verbal (melalui kata-kata) namun juga non-verbal, seperti kontak mata pada peserta didik, menyentuh, memberikan instruksi melalui body language. Contohnya adalah mengajak berdiri sebelum berbicara, meminta peserta didik untuk mengemukakan pendapat, memberikan bimbingan pada peserta didik pada saat melakukan praktik dalam pengajaran.
2. Respon Peserta Didik
                  Respon pada setiap peserta didik berbeda-beda. Pada awal pertemuan,  peserta didik yang berjenis kelamin laki-laki sangat aktif dalam merespon pertanyaan dari pengajar, dan aktif mengikuti instruksi dari pengajar. Namun peserta didik yang berjenis kelamin perempuan cenderung malu untuk berbicara di depan teman-temannya. Pada akhir pertemuan, peserta didik berjenis kelamin perempuan sudah mulai berani untuk berbicara di depan teman-temannya, walaupun tidak secara aktif menjawab pertanyaan atau mengikuti contoh dari pengajar.
C.    Laporan Proses dan Hasil Pengajaran
1. Proses dan Hasil Pengajaran Pertemuan I
                  Pada pertemuan pertama, kegiatan belajar dimulai pada pukul 18.50 WIB namun karena kondisi tempat belajar belum kondusif akhirnya para pengajar mencoba untuk membuat situasi menjadi lebih kondusif. Para pengajar juga melakukan koordinasi dengan pengurus Masjid untuk mencoba membuat peserta didik menjadi tenang. Akhirnya pada pukul 19.05 WIB belajar bisa dimulai.
                  Pada pertemuan ini, pengajar mencoba melakukan proses rapport dengan cara berkenalan dengan peserta didik. Selanjutnya proses pembelajaran dilanjutkan dengan materi “introduction” yang dilakukan dengan bagaimana cara memperkenalkan diri menggunakan bahasa Inggris. Pertama kali yang dilakukan pengajar adalah mencontohkan bagaimana cara memperkenalkan diri dengan menggunakan bahasa Inggris, kemudian menuliskan apa-apa saja yang harus diperkenalkan menggunakan bahasa Inggris yang sederhana seperti nama, sekolah, alamat, dan hobi. Setelah itu para pengajar meminta peserta didik untuk melafalkannya masing-masing.
                  Para pengajar memperhatikan cara peserta didik melafalkannya. Setelah semua peserta didik melafalkan dengan benar, peserta didik diminta untuk berdiri dan memperkenalkan diri di depan kelas. Kondisi yang diberikan adalah dengan metode kompetisi, peserta didik diminta untuk siapa yang berani memperkenalkan diri di depan kelas untuk yang pertama. Peserta didik yang pertama maju adalah Akbar. Akbar bisa memperkenalkan diri dengan bahasa Iggris, namun masih terbata-bata, pengajar meminta kelas untuk memberikan tepuk tangan untuk akbar dan memberikan pujian kepada akbar. Kemudian dilanjutkan dengan Agung, Fajar, Ilyas, Rio dan Mutiara. Ada dua orang peserta didik yang tidak maju kedepan dengan alasan malu, yaitu Zahra dan Nur Aida. Pengajar membujuk keduanya untuk mau memperkenalkan diri di depan kelas, namun mereka tetap tidak mau melakukannya. Pengajar melanjutkan pembelajaran dengan memberikan permainan yang berjudul “Whose your friend?”
                  Pada permainan ini, peserta didik diminta untuk menyebutkan kembali nama, sekolah, alamat dan hobi teman yang ditunjuk pengajar dalam bahasa Inggris. Permainan berjalan cukup seru, terlihat dari peserta didik berlomba untuk menjawab pertanyaan dari pengajar. Setelah permainan selesai, kemudian kelas ditutup dengan membagikan snack kepada peserta didik. Pengajar kemudian memberikan hadiah kepada peserta didik yang terbaik. Pada pertemuan pertama ini hadiah diberikan kepada Akbar, Mutiara dan Rio. Setelah itu, pengajar memberikan motivasi kepada peserta didik untuk lebih aktif mengikuti pelajaran sehingga akan menjadi peserta didik terbaik untuk esok hari. Pada akhir kelas, pengajar memberikan kesimpulan untuk pertemuan pertama kepada para peserta didik yaitu, Bahasa Inggris harus selalu dipraktikan agar tidak lupa, setelah pulang dari kelas ini, peserta didik diminta untuk mengulang kembali dirumah dengan cara memperkenalkan diri kepada keluarga. Setelah itu, pengajar mempersilahkan peserta didik kembali ke rumah masing-masing.
                  Pada pertemuan pertama para pengajar menilai bahwa peserta didik mampu untuk memperkenalkan diri dengan bahasa Inggris. Namun, pengajar juga melakukan evaluasi terhadap pengajaran. Setelah melakukan diskusi para pengajar sepakat untuk mengubah rancangan pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya dengan asumsi peserta didik akan kesulitan mengikuti rancangan yang dibuat dikarenakan kemampuan peserta didik dalam bahasa Inggris secara umum masih kurang baik, sehingga pengajar membuat perubahan rancangan pembelajaran pada pertemuan II dan III. Rancangan pertemuan II akhirnya disepakati tema yang diberikan adalah “vocabulary” (mengenalkan kosa kata menggunakan bahasa Inggris). Awalnya, pengajar memberitahu maksud dari pengajaran yaitu untuk mengenalkan anggota tubuh dalam bahasa Inggris, kemudian menuliskan kosa kata pada papan tulis. Setelah itu pengajar melafalkan kosa kata tersebut. Pengajar meminta peserta didik untuk ikut melafalkan kosa kata yang diberikan. Pada akhir proses pengajaran, pengajar memberikan permainan yang sesuai dengan materi vocabulary yaitu permainan yang berjudul “What is this?”.
2. Proses dan Hasil Pengajaran Pertemuan II
Pada pertemuan II, kegiatan belajar dimulai pukul 19.00 WIB. Proses belajar ditunda 10 menit karena kondisi tempat belajar sangat ramai, selain peserta didik, ada anak-anak lain yang datang untuk menyaksikan proses pembelajaran, kemudian pengajar mengkontrol kondisi tersebut dengan memberikan pengertian kepada anak-anak yang bukan menjadi peserta didik untuk meninggalkan ruangan. Tepat pukul 19.00 WIB kelas berhasil dikendalikan oleh para pengajar. Kelas diawali dengan mereview pembelajaran sebelumnya. Peserta didik diminta untuk kembali memperkenalkan diri dengan bahasa Inggris. Seluruh peserta didik mampu mmeperkenalkan diri dengan baik.
Pada pertemuan II ini, kegiatan yang direncanakan diisi dengan belajar materi “procedure” dan praktek membuat teh dengan langkah-langkah menggunakan bahasa Inggris diubah dengan tema “Vocabulary.  Kata-kata yang diberikan adalah :
1.      Kepala             : Head
2.      Rambut           : Hair
3.      Mata                : Eye
4.      Hidung            : Nose
5.      Telinga            : Ear
6.      Leher               : Neck
7.      Lidah               : Tongue
Awalnya, pengajar menuliskan kata-kata di atas di papan tulis, kemudian pengajar melafalkannya. Setelah itu, peserta didik diminta untuk ikut melafalkan bersama-sama yang sudah ditulis pengajar dipapan tulis. Setelah semua mampu melafalkan dengan baik, mereka diminta untuk menghapalkan kata-kata tersebut. Metode penghapalan juga divariatifkan menggunakan permainan, sehingga peserta didik tidak bosan untuk belajar. Hingga akhirnya mereka mampu menghapal, Masih menggunakan cara seperti pada pertemuan I, pengajar meminta kepada peserta didik untuk maju ke depan kelas dan melafalkan kata-kata tersebut tanpa melihat papan tulis. Pertemuan kali ini yang maju untuk pertam kali masih tetap Akbar. Akbar berhasil menyebutkan semua kata dengan baik dan lancar. Kemudian diikuti oleh Agung yang sangat semangat menyebutkan hapalannya, sehingga terbalik-balik bahasa Inggris yang dilafalkannya. Kemudian dilanjutkan oleh Fajar, Rio dan Mutiara. Ilyas, Zahra dan Nur Aida tidak ikut maju kedepan kelas untuk melafalkan dikarenakan tidak percaya diri dan belum bisa hafal semua kta yang diberikan
Tidak semua peserta didik mampu menghapal dan menyampaikan hapalan di depan teman-teman mereka. Ada beberapa diantara mereka yang mampu menghapal namun masih malu untuk berbicara di depan umum. Rata-rata anak yang malu adalah anak perempuan, Ditambah lagi situasi belajar yang diramaikan oleh anak lain yang tidak ikut belajar sehingga membuat keributan ketika proses belajar mengajar berlangsung. Hingga akhirnya pengajar membuat solusi untuk mengumpulkan anak lain yang tidak ikut belajar agar tidak menggaggu temannya yang belajar. Setelah anak lain itu dikumpulkan, mereka diminta untuk membaca ayat pendek Al-Quran, hal ini dilakukan agar anak yang tidak ikut belajar bahasa Inggris mempunyai aktifitas  lain dan tidak akan menggangu proses belajar mengajar bahasa Inggrisnya.
Setelah proses pembelajaran selesai dilakukan, pengajar tidak lupa memberikan permainan yang sesuai dengan materi yang diberikan. Permainan pada pertemuan II ini berjudul “What is This?”. Pengajar menunjuk bagian tubuh yang sudah dipelajari sebelumnya, dan menyebutkan what is this? kemudian peserta didik diminta untuk menjawab dengan didahului menyebutkan this is a ... Permainan berlangsung seru dan membuat peserta didik kembali semangat. Setelah selesai bermain, pengajar membagikan snack kepada peserta didik, kemudian mengumumkan siapa yang menjadi peserta didik terbaik. Peserta didik terbaik pada pertemuan II adalah Akbar, Agung, dan Fajar. Setelah pembagian hadiah, kelas ditutup oleh pengajar dan mengingatkan kepada peserta didik untuk mengulang materi yang diberikan di rumah masing-masing dan mengingatkan bahwa pertemuan III akan dilakukan pada hari Minggu 30 Maret 2014.
Pada pertemuan II para pengajar menilai bahwa peserta didik mampu untuk menghafal kosa kata yang diberikan. Namun, ada beberapa anak yang masih tidak mau unbtuk maju melafalkan yang diminta dikarenakan malu dan belum bisa. Pengajar juga melakukan evaluasi terhadap pengajaran. Setelah melakukan diskusi para pengajar sepakat untuk mengubah rancangan pembelajaran yang ketiga, namun menggeser rancangan sebelumnya dipertemuan II untuk dilakukan pada pertemuan III yaitu “procedure”.
3.      Proses dan Hasil Pengajaran Pertemuan III
Pertemuan II Kelas dimulai pukul 18.50 WIB. Peserta didik berkumpul di lantai dua masjid yang merupakan tempat proses belajar dilaksanakan pengajaran. Peserta didik yang hadir pada pertemuan ini hanya 6 orang, yaitu: Akbar, Agung, Rio, Fajar, Mutiara dan Nur Aida. Ada dua orang peserta didik yang tidak hadir, yaitu: Ilyas dan Zahra.
Kelas dimulai dengan para pengajar mengucapkan salam, dan diikuti peserta didik menjawab salam tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan materi sebelumnya yaitu vocabulary mengenal bagian wajah. 3 orang peserta didik berhasil menjawab dengan tepat pertanyaan yang diajukan oleh pengajar. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi pada hari tersebut, yaitu “how to make a tea”. Pengajar menuliskan di papan tulis kata-kata yang akan diucapkan pada saat membuat teh, mempersiapkan keperluan seperti gelas, teh, sendok dan gula. Pengajar kemudian mengajak peserta didik untuk bersama-sama mengucapkan kata-kata di papan tulis. Kemudian pengajar mempraktikkan cara untuk membuat teh dalam bahasa Inggris sesuai dengan kata-kata yang dituliskan pada papan tulis. Setelah teh disajikan, pengajar dan peserta didik mencicipi teh yang telah dibuat tadi.
Pada tahap selanjutnya pukul pengajar mengajak peserta didik untuk mempraktikkan membuat teh dengan menggunakan bahasa Inggris. Beberapa peserta didik terutama perempuan terlihat tidak berani dan enggan untuk berdiri dan mempraktikkannya. Peserta didik yang pertama kali mengajukan diri adalah Akbar, dan Akbar berhasil menjelaskan cara membuat teh dengan baik. Kemudian Fajar juga mempraktikkan cara membuat teh setelah mencicipi teh buatan Akbar. Fajar terlihat sedikit gugup dalam membagi konsentrasinya dalam membuat teh dan mengucapkan kalimat dalam bahasa Inggris. Lalu Agung juga mempraktikkan cara membuat teh. Ia berhasil mempratikkannya dengan baik dan kemudian teh dari Agung dicicipi oleh pengajar dan peserta didik.
Pengajar berusaha untuk menngajak peserta didik yang perempuan untuk mempraktikkan juga di depan teman-temannya, namun mereka terlihat sangat malu. Pada akhirnya Nur Aidah mempraktikkan cara membuat teh. Terlihat tidak ada kontak mata dari Nur Aida pada teman-temannya, namun caranya menggunakan bahasa Inggrisnya sangat baik, terutama dalam hal pengucapan.
Di Akhir pertemuan pengajar membagikan snack pada peserta. Pada akhir pertemuan ini pengajar memberikan reward hanya untuk satu peserta didik saja, yaitu Peserta Didik Terbaik selama pertemuan I, II, dan III. Peserta Didik Terbaik diberikan kepada Akbar. Sebagai penutup, Akbar diminta untuk maju ke depan dan memperkenalkan diri dalam Bahasa Inggris. Setelah itu para pengajar memberikan kata-kata perpisahan kepada peserta didik dan mempersilahkan peserta didik untuk kembali ke Rumah masing-masing.
Pada pertemuan III para pengajar menilai bahwa peserta didik mampu untuk melafalkan bagaimana cara membuat teh dalam bahasa Inggris. Secara keseluruhan Pengajar menilai peserta didik mampu menerima pembelajaran yang disajikan pengajar.


BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI
A.    Analisis Proses Pembelajaran
                 Mengajar merupakan seni dan ilmu menstransformasikan bahan ajar kepada peserta didik pada situasi dan dengan menggunakan media tertentu. Ilmu mengajar bisa dipelajari di mana pun dan kapan pun, baik individual, kelompok, maupun di lembaga. Seni mengajar hanya terlihat ketika interaksi pembelajaran berlangsung.
                 Pada proses belajar yang sudah dilakukan pengajar telah melakukan pengajaran dengan mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik yaitu dengan memberikan pengajaran bahasa Inggris yang fundamental. Pada prosesnya terjadi interaksi antara pengajar dan peserta didik sebagai wujud dari bentuk seni dari mengajar.         N.L. Gage mengemukakan 3 unsur dari seni mengajar:
1.      Intuisi
Intuisi merupakan pemikiran dan ide yang menjadi dasar landasan dari pengajaran. Pada dasarnya Intuisi muncul karena adanya ilmu dasar yang harus disampaikan pada peserta didik atau kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik. Intuisi kemudian dikembangkan dan direalisasikan dalam bentuk strategi pengajaran tertentu.
Proses pembelajaran yang dilakukan kelompok sesuai dengan unsur ini, kelompok memiliki ide yang menjadi dasar landasan dari pengajaran, dalam hal ini kelompok memiliki ide untuk mengajarkan bahasa Inggris kepada anak-anak di lingkungan sekitar kelompok. Mengingat pentingnya bahasa Inggris pada era globalisasi, setelah itu kelompok mengembangkan intuisi menjadi sebuah realisasi dengan membuat sebuah strategi pengajaran yang kreatif.
2.      Ekspresi
Ekspresi adalah bagian dari komunikasi dari pengajar pada peserta didik. Hal ini terjadi untuk menghindari pengajaran yang monoton, serta dimaksudkan untuk meningkatkan minat peserta didik untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan pengajar. Proses pengajaran yang dilakukan kelompok sesuai dengan unsur ini, dimana kelompok melakukan komunikasi dua arah dalam proses pembelajaran. Komunikasi yang diberikan juga tidak hanya dengan komunikasi verbal. Namun juga memberikan komunikasi non verbal seperti: kontak mata, memberikan sentuhan kepada peserta didik.
3.      Improvisasi
Improvisasi adalah kemampuan dari pengajar untuk mengubah, menambah, atau mengurangi materi dari pengajaran sesuai dengan kondisi yang ada. Hal ini terjadi untuk menyesuaikan materi dengan kemampuan dari peserta didik, atau untuk memaksimalkan pemahaman dari peserta didik atas materi yang diberikan.
Proses pengajaran yang dilakukan sudah sesuai dengan unsur ini dimana para pengajar mampu untuk lebih fleksibel dalam membawakan materi. Pengajar peka terhadap kemampuan peserta didik dan menyesuaikan dengan kondisi yang terberi. Pada awalnya kelompok telah membuat rencana pembelajaran dengan sedemikian rupa, namun setelah di lapangan ternyata, kemampuan peserta didik dirasa belum cukup untuk mendapatkan pengajaran sebagaimana yang telah dirancang kelompok. Untuk menyikapi hal tersebut kemudian kelompok membuat rancangan baru untuk mengantisipasi kemungkinan peserta didik kesulitan mengikuti pembelajaran.
             Konsep yang ditunjukkan pada pengajaran yang dilakukan kelompok adalah dengan menggunakan konsep paedagogi modern dimana adanya fasilitas dan pengelolaan yang berkelanjutan, ada proses interaksi anatara pengajar, peserta didik dan lingkungan, adanya strategi pembelajaran, teknik pembelajaran dan pengajaran. Pandangan tradisional memposisikan paedagogi sebatas seni mengajar atau mengasuh. Kini sangat kuat dan konsisten untuk mengembangkan hubungan dialektis yang bermanfaat antara paedagogi sebagai ilmu dan paedagogi sebagai seni (Salvatori, 1996).
B.     Evaluasi Proses Pembelajaran
             Dari keseluruhan proses pengajaran yang telah dilakukan kelompok menyadari adanya hambatan yang terjadi selama proses berjalannya pembelajaran. Adapun hambatan yang terjadi adalah sebagai berikut:
1.      Kelompok hanya melakukan survey pembelajaran apa yang dibutuhkan peserta didik yaitu membutuhkan pelajaran bahasa Inggris, namun kelompok tidak melakukan survey untuk melihat kemampuan dasar peserta didik dalam pelajaran bahasa Inggris sehingga rancangan pembelajaran yang dibuat tidak bisa dijalankan dikarenakan tidak sesuai dengan kemampuan peserta didik.
Tidak mampunya kelompok mengontrol peserta didik yang tidak mau mengikuti perintah pengajar selama proses pengajaran berlangsung

Jumat, 28 Maret 2014

Pedagogi?

#EdisiPedagogi1

Kali ini penulis ingin menyampaikan informasi yang berkaitan dengan pedagogi, apakah sebenarnya pedagogi itu? Baca postingan nya melalui beberapa edisi yang akan terbit.

Pedagogi?

Semua orang pasti setuju kalau pendidikan sangat penting untuk kita berikan kepada semua orang. Mulai dari anak-anak sampai pada orang dewasa terus mencari ilmu melalui pendidikan mereka. Ada yang belajar sendiri dan ada juga yang belajar melalui isntitusi-institusi yang ada. Semua sah-sah saja asalkan semua nya mampu menghilangkan dahaga ilmu pengetahuan. Banyak teknik-teknik dalam melakukan proses pembelajaran, teknik ini disesuaikan dengan objek pembelajarnya. Misalnya pada anak-anak, teknik yang mungkin sudah sering kita dengar adalah Pedagogi. Apa sih sebenarnya pedagogi itu? Pedagogi berasal dari bahasa Yunani, dimana pais, genetif, paidos berarti “anak” dan ago berarti “memimpin”; sehingga secara harfiah pedagogi berarti “memimpin anak”.

Kata pedagogi ini diturunkan dari bahasa latin yang bermakna : mengajari anak. Dalam makna modern, istilah pedagogy dalam Inggris merujuk kepada seluruh konteks dan sumber daya operasi pengajaran dan pembelajaran yang secara nyata terlibat di dalamnya. Disamping itu, dalam bahasa Inggris istilah pedagogi digunakan merujuk pada teori pengajaran , dimana guru berusaha memahami bahan ajar, mengenali siswa, dan menentukan cara mengajarinya.

Sudah barang tentu tidaklah mudah saat melakukan praktek pedagogi ini. Seorang pedagog haruslah sudah mampu memahami anak dan memiliki trik khusus saat belajar dengan anak-anak. Sehingga proses pedagog dapat berjalan dengan lancar. Lalu bagaimana sebenarnya trik khusus yang digunakan saat melakukan proses pengajaran dengan teknik pedagogi? Akan kita lanjutkan pada #EdisiPedagogi2, semoga bermanfaat..

Medan, 29 Maret 2014


Rabu, 19 Desember 2012

Belajar dari "Psyche United"


Hari  ini, 19  Desember 2012. Tepat sebulan setelah acara  Studi   Banding   berlalu.  Masih  jelas  terasa susah   tidurnya   saat  malam   sebelum   berangkat karena   memikirkan    kegiatan  ini  esok pagi   nya. Apakah    bisa  lancar atau  malah  acaranya  kacau enggak karuan. Namun   sekarang   telah   terjawab sudah. Medan-Bandung-Jakarta telah menjadi saksi ketangguhan anak Psikologi Universitas Sumatera Utara.
Sekarang kita akan mencoba belajar dari beberapa kejadian yang telah terjadi selama proses persiapan acara sampai acara berlangsung dan acara selesai dengan teori belajar yang ada J.
Proses persiapan bukanlah proses yang bisa dilewati dengan mudah. Perlu perjuangan dan air mata untuk melewati proses ini. Ya dengan air mata, tidak sedikit panitia dan peseta yang meneteskan air mata karena takut kerja yang dilakukan tidaklah maksimal.
Masih ingat rasanya saat berdiskusi dengan bu Dina dan Bu Etty, di sela-sela diskusi tak jarang bu Dina dan bu Etty memberikan motivasi kepada saya ataupun panitia lainnya. Masih jelas rasanya saat bu Dina memberikan contoh kegiatan PRAMUKA nya dulu yang sukses melakukan studi banding juga walaupun dalam setting yang sedikit berbeda dengan studi banding ini.  Tapi dari kegiatan PRAMUKA itu saya banyak belajar tentang situasi bagaimana studi banding. Situasi yang terkadang tidak terduga namun terjadi saat kegiatan seperti itu. Selain itu bu Dina sering memberikan kata-kata motivasi “kalian adalah orang-orang pilihan” sehingga kata-kata itu terus memotivasi saya khususnya.
Sama halnya dengan bu Dina, bu Etty juga sering memberikan motivasi kepada kami. Perkataan yang paling saya ingat waktu itu. Pas sekali dengan motivasi yang lagi menurun. Bu Etty memberikan pertanyaan tentang “kamu sudah ngeh Rif sekarang menjadi ketua studi banding?” pertanyaan itu rasanya terus mengawang-awang dalam hati saya. Hingga akhirnya saya sadar kerja yang saya lakukan untuk studi banding waktu itu belum maksimal. Dari situ semangat saya kembali memuncak.
Kisah tersebut ternyata bisa kita hubungkan dengan asumsi belajar dari teorinya Albert Bandura. Bandura menjelasakan bahwa pemelajar dapat:
  1. Mengabstrasi rangkaian informasi dari pengamatan perilaku orang lain, dan
  2. Membuat keputusan tentang perilaku untuk diadopsi dan diberlakukan
Dari teori tersebut kita dapat melihat bahwa informasi yang bu Dina dan bu Etty berikan mampu menambah semangat saya. Sehingga saya dapat membuat keputusan tentang apa yang akan saya lakukan selanjutnya. Keputusan yang berlandaskan motivasi yang sudah menguat kembali.
Selain itu masih ingat juga rasanya dalam ingatan, saat pembelian tiket pesawat belum selesai saya kerjakan. Lalu ibu Dina mengingatkan saya dengan nada suara yang tidak biasa. Saya paham sebenarnya mengapa bu Dina melakukan hal tersebut. Memang saya yang kurang berpengalaman waktu itu dalam hal pembelian tiket pesawat, namun Alhamdulillah permasalahan itu dapat terselesaikan dengan aman. Saya melihat kondisi tersebut dari teori BF Skinner tentang hukuman / punishment. hukuman / punishment merupakan teknik control yang bertujuan untuk penguat perilaku juga. Menurut BF Skinner hukuman terbagi menjadi dua., hukuman positif dan hukuman negative. Kisah di atas termasuk ke dalam hukuman / punishment yang positif. Hal ini dikarenakan  setelah mendapatkan hukuman itu, saya malah bersemangat untuk menyelesaikan tugas membeli tiket pesawat.
Pada saat kegiatan studi banding berlangsung sangat banyak pengalaman baru yang saya dapatkan, namun sebelumnya coba kita lihat teori Vygotsky (1962), tentang keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang melalui interaksi sosial langsung.
Teori tersebut sangat pas jika saya hubungkan dengan acara studi banding kemarin. Semua aktifitas yang terjadi merupakan interaksi langsung yang saya rasakan. Seperti, belajar bersama dengan anak Universitas Indonesia dan Universitas Padjadjaran Bandung sangat membuka cakrawala tentang bagaimana perbedaan cara belajar dengan Fakultas Psikologi USU. Semua terlihat berbeda saat belajar bersama di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Di sana kondisi belajar sangat lah santai. Mahasiswa boleh makan di kelas dan dosen dengan mahasiswa juga sangat cair kondisinya. Sehingga kondisi kelas sangat lah aktif. Sebenarnya setelah saya mengalami langsung belajar di UI saya terus membandingkan dengan kondisi belajar di kampus sendiri. Setidaknya keaktifan mereka perlu saya tiru. Sehingga setelah melakukan kuliah bersama mental saya sedikit berubah agar bisa aktif juga di dalam kelas.
Disela-sela kegiatan, bu Dina memberikan reward berupa sebuah barang untuk panitia studi banding. Reward ini sangat menambah semangat saya waktu itu. Saat kondisi badan yang capeknya luar biasa namun hilang seketika saat reward itu diberikan.
Reward yang diberikan sangat menggambarkan teori Ivan Pavlov tentang penguatan atau penghilangan perilaku yang diharapkan. Pada kasus di atas perilaku yang muncul dari saya adalah semakin termotivasi dan semangat untuk menjalankan tugas sebagai ketua setudi banding.  
Namun akhirnya semua sudah berlalu, proses pembelajaran yang terjadi saat studi banding pun usai. Jujur saya sangat bangga punya tim studi banding yang luar biasa hebatnya. Saya juga sangat bersyukur saat peserta yang ikut juga merasakan kesenangannya. Kesenangan para peserta tentulah juga menambah semangat saya sekarang. Hal ini sesuai dengan teori Thorndike tentang hukum efek (law of effect) . Hukum efek (law of effect) ini menjelaskan tentang suatu keadaan yang memuaskan setelah respons akan memperkuat koneksi antara antara stimulus dan perilaku yang tepat, dan keadaan yang menjengkelkan akan melemahkan koneksi tersebut. Dari teori ini, saya merasakan puas dengan kerja temen-temen dalam mengisi kegiatan studi banding ini. Walaupun kegiatan tersebut tidaklah sempurna dilaksanakan. Rasa puas ini membuat saya semakin termotivasi, apalagi setelah kegiatan ini selesai ada rasa kerinduan agar bisa mengulang kembali momen-momen indah studi banding itu.
Proses yang terjadi saat kegiatan studi banding juga sangat bisa mendewasakan pemikiran saya. Walaupun ibu Dina selaku pimpinan rombongan, namun title ketua panitia juga saya emban. Dimana tanggungjawab terhadap rombongan juga saya pegang. Walaupun setiap hari kekhawatiran tentang kegiatan itu terus saya pendam namun tetap saja itu semua sangat sulit. Sedih rasanya saat melihat beberapa peraturan yang telah dibuat malah dilanggar oleh peserta. Namun, rasa khawatir itu tak bisa dibendung saat  beberapa peserta keluar rombongan hingga melewati waktu yang telah disepakati. Dan sewaktu beberapa peserta jatuh sakit. Bahkan ada yang di bawa kerumah sakit. Saya sangat khawatir. Namun itu semua menjadi pembelajaran yang sangat berarti buat saya. Setiap detik dalam kegiatan studi banding itu sangat memberikan pembelajaran. Terima kasih “Psyche United” untuk pembelajaran yang telah diberikan. Terima kasih juga untuk bu Dina dan bu Etty yang telah banyak membantu dalam pendewasaan diri. Juga terima kasih kepada semua tim studi banding 2012.
Semoga fakultas Psikologi USU semakin jaya!

   

Minggu, 09 Desember 2012

Testimoni Observasi

Sebelumnya saya ucapkan terimakasih kepada ibu Dina yang telah memberikan kesempatan untuk dapat mengunjungi SMK Tritech Medan, dari hasil kunjungan dan observasi di sekolah tersebut rasannya saya senang saat melihat siswanya belajar menggunakan teknologi yang ada. Bila dibandingkan dengan saya sekolah dulu maka sangat jauh perbedaannya. Tentu saja teknologi yang ada seharusnya bisa dimaksimalkan dengan sebaik-baiknya. Namun yang saya lihat malah sebaliknya. Beberapa siswa malah menggunakan teknologi itu tidak pada tempatnya. Terbukti beberapa siswa asyik bermain games atau bermain facebook saat proses pembelajaran berlangsung.

Pada saat mengobervasi proses belajar, saya melihat ada perbedaan motivasi pada siswa. Siswa yang berada di depan lebih serius dalam belajar sedangkan siswa yang duduk di belakang banyak yang tidak memperhatikan proses pengajaran. Namun, itulah ada positive dan negativenya dalam setiap tindakan yang ada.

Ada satu harapan yang muncul saat melihat proses belajar disana, semoga bisa tidak hanya disana proses e-learning berlangsung. Namun proses yang sama semoga bisa dilakukan pada sekokah-sekolah yang berada di desa. Agar semua anak mendapatkan proses belajar yang sama.

Semoga kegiatan seperti ini bisa dilakukan lagi dilain waktu karena banyak sekali mendapatkan pembelajaran langsung dan tidak melulu pada buku cetak saja saat ingin belajar.
So, learn is fun J

Laporan Hasil Observasi di SMK Tritech Medan



Standar data :
Nama / Nim                                  : Arief Tri Prabowo / 101301118
Kelas yang di observasi                  : Kelas X-TKJ2 SMK
Mata pelajaran                              : Diagnosa Mesin / praktikum
Nama guru                                     : Nurkholis
Waktu observasi / Duras               : 11.50 – 12.40
Durasi                                           : 30 Menit
Jumlah siswa                                  : 27 orang
Media yang digunakan guru             : Guru menggunakan laptop yang bisa dibongkar pasang
Media yang digunakan murid           : Laptop
Media pem                                          
Situasi fisik kelas                          


Secara keseluruhan, kelas terlihat dalam kondisi kurang baik. Dari segi ukuran, kelas memang sudah cukup baik untuk menampung 27 siswa. Namun, dengan ukuran kelas yang ada, jarak antara siswa satu dengan yang lainnya menjadi terlalu dekat. Kemudian dari segi fasilitas, di dalam kelas terdapat LCD TV yang terpasang di depan kelas, namun tidak digunakan oleh guru. Selanjutnya, kipas angin dan AC juga tidak berfungsi secara maksimal sehingga kelas menjadi cukup panas. Selain itu, didalam kelas terdapat satu tempat sampah yang sudah penuh namun tetap dimasukkan sampah. Sehingga sampah menjadi jatuh berceceran tidak karuan yang menambah kekumuhan dari kelas tersebut.
Selaim itu, kondisi siswa juga kurang kondusif, dimana banyak siswa yang cerita dengan temannya saat guru sedang menjelaskan.

Alat Observasi                          : Pulpen, kertas panduan, dan kamera
  

Tabel Panduan untuk melakukan Observasi

TABEL 5.3

Ringkasan Sembilan Tahapan Belajar
Deskripsi
Tahapan Belajar
Kegiatan Pembelajaran
Persiapan Belajar
   Memerhatian



 Harapan





Pengambilan kembali untuk dibawa keingatan kerja
Di awal belajar guru langsung mengambil laptop bongkar pasang sambil menunjukkannya kepada siswa

Guru berharap seluruh siswa dapat mengerti komponen yang ada di dalam laptop dan dapat memperbaiki kalau ada kerusakan

Siswa mulai mengingat-ingat hapalan tersebut dengan praktik mesin langsung pada siswa
Akuisisi dan kinerja
     Persepsi selektif terhadap ciri stimulus


Pengkodean semantic



Pengambilan kembali dan respon


Penguatan
Siswa pun mulai menghapal dengan pedoman apa yang dikatakan oleh gurunya.


Siswa menghapal dengan mengkodekan atau mengkonsepkan langsung karena guru memberikan kesempatan siswa untuk memegang langsung komponen laptop.

Pada saat praktik siswa banyak yang melakukan kesalahan dan tetap bertanya pada guru

Guru beberapa kali menjelasakan komponen laptop agar siswa lebih memahami komponen yang dijelaskan.
Transfer Belajar
Pengambilan petunjuk

Kemampuan generalisasi
    
Siswa diberikan bahan tertulis sebagai panduan dalam belajar

Siswa mampu menggeneralisasi apa yang ia lihat pada laptop mereka sendiri


Tabel 9 tahapan belajar di atas saya gunakan sebagai panduan untuk melakukan observasi. Dimana pada tahapan belajar diatas saya melihatnya pada proses pembelajaran didalam kelas yang saya observasi. Pada tahap persiapan belajar guru memberikan beberapa komponen laptop dan menunjukan kepada siswa agar siswa bisa memperhatikan pembelajarannya. Kemudian guru memberikan pengharapan kepada siswa agar bisa mengerti beberapa komponen computer. Namun, beberapa siswa yang duduk di belakang cenderung tidak perduli terhadap apa yang guru jelaskan. Terbukti banyak siswa di belakang yang tidur atau sekedar cerita dengan temannya. Bahkan, ada beberapa yang bermain game atau membuka akun facebook di dalam kelas belajar. Selain itu, saya tidak melihat adanya bahan bacaan tertulis yang digunakan siswa sebagai panduan terhadap komponen-komponen laptopnya.
Pada tahap akuisi dan kinerja guru mulai memperkenalkan komponen serta fungsinya, dengan ini diharapkan siswa  dapat memahami nya secara lebih. Guru juga memberikan komponen tersebut kepada siswa agar siswa dapat memegangnya. Ada juga seorang siswa yang mencoba membuka komponen laptop tersebut di depan kelas dengan bibimbangan ari guru.
Kemudian tahap transfer belajar, guru mengatakan akan memberikan beberapa catatan komponen kepada siswa agar bisa dipelajari oleh siswa sebelum mereka menghadapi ujian.
Kerangka Acuan Analisis Observasi
Tabel 5.2 Tinjauan atas Lima Variasi Belajar
Kategori Belajar
Kapabilitas
Penampilan
Contoh
Informasi verbal
Pengambilan informasi yang tersimpan
Menyatakan atau mengomunikasikan informasi
Penyusunan kalimat definisi patriotisme
Keterampilan intelektual
Operasi mental yang memungkinkan individu untuk merespons konsep lingkungan
Berinteraksi dengan lingkungan dengan menggunakan simbol
Membedakan antara merah dan biru
Strategi kognitif
Proses kontrol pelaksana yang mengatur pemikiran 
Mengelola ingatan, pemikiran, pemelajaran secara efisien
Menulis kartu catatan untuk penulisan paper
Keterampilan motorik
Kapabilitas untuk melakukan sekuensi gerakan fisik
Mendemonstrasikan urutan fisik atau tindakan
Mengikat tali sepatu
Sikap
Predisposisi ke tindakan positif atau negatif terhadap orang
Memilih tindakan personal terhadap atau menjauh dari objek, peristiwa, atau orang
Memilih mengunjungi museum seni, dll.

Pada tabel di atas dijelaskan tentang tinjauan variasi belajar, pada variasi belajar tersebut terdapat 5 kategori belajar. Dari 5 kategori di atas, saya melihat kategori belajar dengan informasi verbal dan keterampilan motorik yang paling menonjol pada proses pembelajaran.
Pada proses pembelejaran, guru banyak sekali memberikan informsi kepaa siswa dengan cara verbal, guru memjelaskan tentang beberapa komponen yang ada, Menurut Gagne kapabilitas dari informasi verbal ini terbagi menjadi 3, yaitu : label dan fakta, informasi yang bermakna, dan informasi yang tertata. Didalam proses belajar di kelas terjadi proses guru menampilkan komponen-komponen yang ada di dalam laptop kepada siswa, kemudia guru tersebut memberikan penjelasan kepada siswa dengan menjelaskan satu persatu komponen yang ada. Pada keterampilan motorik, siswa boleh memegang komponen laptop dan mempelajarinya, hal ini membuat siswa lebih antusias dalam belajar.

Kamis, 29 November 2012

We Are One, Yes! *Prok Prok Prok


Berawal dari sebuah cita-cita mulia. Sehingga lahir lah gagasan konkret untuk membuat kegiatan Studi Banding Fakultas Psikologi USU. Ternyata tidak lah mudah untuk membuat gagasan itu menjadi kenyataan. Banyak proses berliku yang harus dilewati, proses pencarian panitia inti, panitia besar, peserta nya. Hingga terpilihlah 33 mahasiswa luar biasa dan 5 dosen tangguh yang akan mewarnai Studi Banding yang pertama kali ada di psikologi USU.

Namun, cerita masih panjang kawan. Rancangan demi rancangan terus dipersiapkan. Masih segar rasanya dalam ingatan, rapat demi rapat terus di buat. Dilain tempat terlihat semua personil juga mempersiapkan semua yang harus dipersiapkan. Tarian, nyanyian, latihan basket, penelitian ilmiah, rancangan kegiatan, semuanya harus maksimal dikerjakan. Masih teringat juga saat briefing kegiatan, ada yang terlambat, izin nggak bisa datang, meninggalkan tugas kuliah. Semua demi kegiatan kita. Tak jarang rasa kecewa, marah, sebal, tawa, canda, haru mewarnai kita disini.

Ternyata, perjuangan kita tak sia-sia! 19-25 November 2012, Medan-Bandung-Jakarta menjadi saksi! Saat anak Medan menginjakkan kaki di Jakarta, membawa semangat belajar yang cetar membahana -_-“

Kegiatan pun dimulai, Psikologi Unpad menjadi tujuan awal proses pembelajaran. Disini banyak ilmu yang bisa didapat. PSIAD juga tak mau kalah membagi ilmunya. Namun yang tak kalah seru adalah jalan-jalan di TSM Banduuung :D tapi, di sela-sela itu ada cerita menarik. Ada 3 pahlawan hebat yang rela membangunkan tidur dan membuat sarapan pagi. Hihihi. Jangan telat lagi ya, kasian loo yang nungguin kalian

Selanjutnya Jakarta! Disini juga banyak ilmu yang didapat. Bisa belajar bareng dengan anak UI, sama-sama mendiskusikan Defenisi Operational. Terus sewaktu diskusi ilmiah, terasa banget kegugupan dari tim kita. Hehehe.. Namun semua berjalan lancar. Selancar air hujan yang turun menyapa kita juga. Akhirnya, satu per satu personil pada jatuh sakit. Sedih rasanya. Apalagi sampai ada yang harus dibawa ke Rumah Sakit. Semoga yang masih sakit, bisa cepat sembuh. Amin

Seminggu pun berlalu, tak terasa perjuangan selama setahun bisa berbuah manis dengan suksesnya acara kita. Terimakasih banyak untuk bu Irma dan bu Lili yang sudah mendukung dan ikut bergabung dalam kegiatan ini. Bu dina yang udah banyak sekali memberikan pembelajaran buat Arief, masih ingat dulu pernah dimarahin karena tiket pesawat. Hihihi, Namun semuanya buat Arief bisa belajar bu. Karena, menurut vygotsky (1962), keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang melalui interaksi sosial langsung. Dan arief udah ngerasain nya.  (tetep bawa-bawa teori psikologi ^_^) apalagi pas tau ibu ada nulis komentar di UNPAD, akan membawa mahasiswa ke sana, dan sekarang udah terwujud. Waaahhh.. sesuatu rasanya. #ehh

Bu Etty yang udah meng”ngeh”kan Arief di posisi ketua, juga banyak kata-kata bijak yang membangun semangat kami kembali. Kak Lisa yang udah menjadi Guide di UI dan membawa kawan-kawan lompat dari kereta demi nonton teater. Bang Bobby yang udah banyak membantu desain beberapa atribut dan ngasi sambutan di Unpad. Sasa yang udah jadi wonder women untuk mensukseskan acara ini. Kak Holi yang sangat teliti menjaga uang kita. Eci yang udah membuat rangkaian acara kita jadi oke banget. Arum dan Liandra yang banyak membantu dalam pencarian dana. Fauji yang udah banyak membantu proses pubdok. Amel yang udah bisa menjamin makan kita selama kegiatan. Bang Jere, bg Westley, Bg Sugiman, Putra, Khalid, Gita, Kak Fita, Gita Yufika, Sasa yang udah oke main basket di UNPAD. Walaupun gagal tanding di UI karena hujan. Tapi tetap Luar biasaaa kok.

Mila, Amel, Nurul, Diba, dan Dedek yang udah menampilkan tarian yang super kece, walaupun tak lengkap saat di UI karena ada yang sakit. Tapi tetep kereen penampilan nya. Kak sarah, kak reffo, artha, bg Jere, kak Holi dan Bibah yang udah menggoyangkan Unpad dan UI dengan nyanyian khas Sumatera Utara. Terus ada Anis, fauji, Icha, dea, Junika, Putri, taya, Nissa, Nurfazrina yang udah bekerja keras untuk menyelesaikan penelitiannya. Tambahan, makasih buat putra yang udah buat beberapa desain atribut kita dan udah menyegarkan lewat, open banana nya. Hehehe..

Sekali lagi Arief ucapin makasih untuk semua, apa yang temen-temen buat nggak bisa Arief sebutin satu-persatu dan enggak akan mungkin bisa arief balas. Insya Allah akan dibalas oleh Yang Maha Membalas setiap kerja yang telah kita tanam.

Dan sekarang semua telah menjadi kisah baru. Semoga akan ada pembelajaran buat kemajuan Fakultas Psikologi USU kedepan nya. Masih terngiang semangat kita saat yel-yel.  Psyche United.. we are one, yes. *prok prok prok.. seru banget! Satu lagi, Psikologi USU.. Kita luar biasaa..
Kita memang luar bisa J Arief pasti akan selalu ingat kegiatan kita ini. Sekali lagi Terimakasih untuk semuanya. Arief mohon maaf yang sebesar-besarnya kalau ada yang kurang maksimal pada kegiatan ini.

Satukan hati untuk Psikologi 

Rabu, 14 November 2012

Tugas Individu: Analisa Permasalahan (Postingan Facebook)



Berangkat dari sebuah pertanyaan “Mengapa mahasiswa psikologi USU yang mengambil mata kuliah psikologi belajar TA 2012/2013 semester ganjil sebahagian besar tidak memberikan tanggapan di grup sehubungan dengan rencana melakukan observasi di lapangan?".
 Kali ini kita akan membahasnya melalui beberapa teori belajar. Seperti, teori Piaget, gagne, dan Bandura.


Namun sebelumnya, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya atas keterlibatan saya yang tidak memberikan tanggapan tentang rencana itu. Sekali lagi saya memohon maaf yang sebesar-besarnya bu.


Pada teori Bandura, kita mengenal tentang teori belajar perilaku.. Pada teori ini kita akan menggunakan penjelasan – penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan – penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar social “ manusia “ itu tidak didorong oleh kekuatan – kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus – stimulus lingkungan.

Teori belajar social menekankan bahwa lingkungan – lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan ; lingkungan – lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh (Kard,S,1997:14) bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari pembelajaran social adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu


Dari teori diatas, kita dapat mengambil kesimpulan kalau seseorang belajar dari proses modeling. Kalau kita sangkut pautkan pada kasusu di atas, maka saya juga melakukan proses modeling ini. Artinya, banyak orang yang juga tidak mengomentari postingan tersebut. Sehingga akan terjadi proses yang sama yaitu tidak mengomentarinya juga.

Kalau dari teori Gagne, kita mengenal ada 9 tahapan dalam belajar. Kalau kita bahas secara keseluruhan, teori 9 tahapan belajar ini banyak yang masih memegang peran adalah guru nya. Bukan pada muridnya. Jadi, murid hanya melakukan dan mencontoh apa yang dilakukan gurunya. Artinya, proses kreatif sulit uuntuk terjadi. sama halnya dengan mengomentari postingan tersebut. Para mahasiswa tidak memiliki model yang bisa mereka contoh. karena hampir semua mahasiswa tidak mengomentari postingan tersebut.

Sedangkan pada teori Piaget, Menurut Piaget, perkembangan kognitif mempunyai empat aspek, yaitu 1) kematangan, sebagai hasil perkembangan susunan syaraf; 2) pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara orgnisme dengan dunianya; 3) interaksi social, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungannya dengan lingkungan social, dan 4) ekullibrasi, yaitu adanya kemampuan atau system mengatur dalam diri organisme agar dia selalu mempau mempertahankan keseimbangan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya.

System yang mengatur dari dalam mempunyai dua factor, yaitu skema dan adaptasi. Skema berhubungan dengan pola tingkah laku yang teratur yang diperhatikan oleh organisma yang merupakan akumulasi dari tingkah laku yang sederhana hingga yang kompleks. Sedangkan adaptasi adalah fungsi penyesuaian terhadap lingkungan yang terdiri atas proses asimilasi dan akomodasi.


Jadi, pada kasus komentar. setiap mahasiswa pasti memiliki skema tentang tak ada apaun yang terjadi kalau tidak membalas komentar tersebut. Lalu, skema yang lainnya juga ada yang menganggap akan ada orang lain yang akan mengomentari komentar tersebut. sehingga banyak mahasiswa yang tidak mengkomen karena faktor tunggu-tungguan sesama mahasiswa.

Demikian pembahasan kita kali ini. Semoga akan terjadi proses belajar untuk tidak mengulangi hal semacam ini lagi di dalam proses belajar Psikologi Pendidikan.