Belajar dari Pengalaman
Banyak orang yang berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses yang sangat membosankan. Padahal tanpa disadari, sejak kita lahir sampai sekarang kita sudah banyak sekali melakukan proses belajar. Nah, pada tugas kali ini kita akan membahas tentang fungsi belajar yang sebenarnya sudah penulis rasakan manfaatnya sejak dulu melalui pengalaman-pengalaman yang telah dilewati.
Fungsi belajar yang
pertama adalah sebagai kerangka riset. Saya sangat tertarik dengan teori yang
menyatakan konsekuensi perilaku bagi proses belajar oleh Thorndike. Artinya kalau
kita memilih sesuatu pasti akan ada konsekuensinya. Sama halnya kalau kita
memilih sesuatu karena kita memang menyenanginya pastilah konsekuensi positive
yang akan kita dapatkan. Seperti saya memilih fakultas psikologi sebagai tempat
mencari ilmu dan pilihan ini merupakan pilihan yang bisa membuat saya senang,
sehingga proses belajar di psikologi juga dirasa sangat menyenangkan.
Pada fungsi yang kedua,
belajar memberikan kerangka organisasi untuk item-item informasi. Maksudnya, tanpa disadari kita sering sekali
memberikan kerangka pada hal-hal yang terjadi. Misalnya, pada tulisan terdahulu
tentang belajar dengan bu Rika yang mengharuskan saya harus membaca bahan
sebelum kuliah karena akan ditanya oleh bu Rika., berbeda dengan dosen yang
jarang bertanya kepada mahasiswa yang membuat mahasiswanya lebih nyantai dalam proses pembelajaran. Yaa..
walaupun di fakultas psikologi susah untuk bersantai-santai. J
Fungsi yang ketiga,
dapat mengidentifikasi sifat dan peristiwa yang kompleks. Dulu, penulis sering
mendengar kata-kata ”ala bisa karena biasa” yang merupakan kata-kata motivasi
untuk melakukan hal baru yang belum terbiasa dilakukan. Seperti contohnya
bangun tidur sebelum adzan subuh. Awalnya sulit sekali rasanya untuk bangun
sebelum adzan subuh berkumandang, namun setelah dibiasakan ternyata seperti
alarm alami yang terdengar yang membuat saya selalu bangun sebelum subuh. Dan ternyata,
pengalaman ini juga dibahas dalam teori Ivan Pavlov tentang classical conditioning nya.
Lalu pada fungsi belajar
yang keempat, ternyata dengan belajar kita dapat mereorganisasi pengalaman
sebelumnya. Misalnya saja dulu kalau saya mendapat peringkat 5 besar di kelas
maka orang tua saya akan memberikan reward ke saya. Dan ternyata cara itu
lumayan ampuh untuk membuat motivasi balajar saya bertambah. Hal ini sama
dengan teori operant conditioning B.F
Skinner.
Pada fungsi yang
kelima, balajar juga dapat bertindak sebagai penjelasan kerja dari peristiwa. Maksudnya
setiap peristiwa yang terjadi dapat kita jelaskan dari proses belajar. Contohnya
saja mengapa saya sangat bersemangat kalau kuliah di psikologi ini, ternyata
semua itu dapat dijelaskan karena saya telah mencintai ilmu psikologinya. Jadi belajar
juga akan terasa nyaman kalau kita sudah menyenanginya.
Nah, kalau kita sudah
membahas tentang fungsi belajar melalui beberapa pengalaman. Sekarang ayo kita
bahas mengenai perspektif psikologis tentang faktor-faktor utama dalam belajar.
Perspektif yang pertama mengenai perspektif behavioris, pada perspektif ini
kita dapat mengambil kesimpulan bahwasanya perilaku dapat di bentuk dari proses
belajar. Mungkin kita lebih mengenal dengan istilah reward, punishment, ataupun reinforcemen.
Semuanya itu telah saya utarakan dalam beberapa pengalaman di atas seperti
ketika reward membuat semangat
belajar bertambah pada cerita peringkat kelas.
Sedangkan pada perspektif
kedua mengenai perspektif kognitif, disini pemrosesan informasi terjadi. Dimana
proses merecall setiap apa yang telah masuk ke dalam fikiran kita. Contohnya pada
pengalaman kuliah dengan bu Rika, semua cerita senior tentang cara mengajar bu
Rika langsung terpanggil sehingga tak jarang membuat jantung berdebar.
Lalu pada perspektif interaksionis
kita mengenal tokoh Gagne yang menghubungkan antara proses belajar behavioral
dengan pemrosesan informasi. Lagi-lagi contoh bu belajar dengan bu Rika sangat
sesuai dengan perspektif ini. Bagaimana tidak, punishment keluar dari kelas lah yang membuat kognisi saya
memeroses informasi agar saya serius dalam belajar agar tidak mendapatkan punishment itu.
Teori perkembangan
interaksionis lah yang menjadi perspektif terakhir dalam faktor utama belajar. Di
dalam perspektif ini kita mengenal tokoh Jean Piaget yang menyatakan proses
penalaran logis dari awal masa anak-anak sampai dewasa. Hal ini akan kita
contohkan pada pengalaman mendapatkan reward saat rangking 5 besar di tangan. Ini
adalah cerita masa lalu, namun setelah perjalanan waktu dan kini saya sudah
merasa tidak anak-anak lagi ( sudah dewasa awal) maka hadiah tak menjadi faktor
terpenting untuk menjadikan motivasi di dalam belajar saya. Karena sekarang
saya sudah mengerti kalau rajin belajar akan bermanfaat untuk karier saya ke
depan, bukan untu orang lain.
Pembaca, inilah
pengalaman belajar yang telah saya dapatkan. Semoga tulisan ini bisa mengubah
paradigman kita kalau belajar itu adalah sesuatu yang membosankan. Namun,
belajar adalah proses yang yang sangat mengasyikan.
*Tulisan
ini adalah sebuah tulisan yang tertuang dari konsep fungsi umum teori belajar
pada table 1.2 halaman 13 dan gambar 1.1 tentang perspektif psikologis tentang
faktor-faktor utama dalam belajar. Kedua teori itu terangkum di dalam buku
Learning and Instruction karya Margaret E. Gredler