Judul : Usaha Mengurangi Terjadinya Miskonsepsi
Fisika Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Konflik Kognitif
Penulis :
P. Maulana
Asal
Penulis : Jurusan Fisika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang (UNNES), Semarang, Indonesia
Sumber :
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010) 98-103
Pendahuluan
Miskonsepsi fisika
dapat terjadi pada siapa saja di setiap jenjang pendidikan, baik pada siswa
sekolah dasar, sekolah menengah, mahasiswa, bahkan guru ataupun dosen. Dalam
KTSP, fisika merupakan mata pelajaran yang lebih banyak memerlukan pemahaman. Hal
ini dilakukan melalui kegiatan pembelajaran di sekolah menengah yang dapat
dijadikan sebagai modal penguasaan ilmu dan teknologi pada pendidikan selanjutnya.
Agar penguasaan standar kompetensi dapat tercapai maka siswa harus dapat
memahami konsep-konsep sub pokok bahasan tertentu dalam suatu kegiatan
pembelajaran.
Tujuan dari penelitian
ini adalah apakah pendekatan konflik kognitif dalam pembelajaran fisika mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap miskonsepsi fisika dan apakah pendekatan
konflik kognitif dalam pembelajaran fisika mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap hasil belajar fisika.
Metode
Penelitian ini
dilakukan di SMP N 1 Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas VII semester 2 SMP Negeri 1 Semarang yang terdiri dari 288 siswa
dan terbagi dalam delapan kelas dan masing-masing kelas terdiri dari 36 siswa.
Sedangkan sampelnya adalah siswa kelas VII E sebagai kelas eksperimen dan VII C
sebagai kelas kontrol. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan
langkah sebagai berikut : kondisi awal kedua sampel diberi pretes, setelah itu
kelas eksperimen mendapatkan pembelajaran menggunakan pendekatan konflik
kognitif dan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional. Pada
kondisi akhir dilakukan postes untuk kedua kelas, hal ini bertujuan untuk
mengetahui apakah pendekatan konflik kognitif dalam pembelajaran fisika
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap miskonsepsi. Indikator dalam penelitian
ini adalah penguasaan materi pelajaran dengan miskonsepsi sedikit mungkin. Untuk
mengukur indikator tersebut dilakukan melalui test.
Analisis data dilakukan
dalam dua tahap diantaranya (1) analisis data sebelum penelitian meliputi analisis
data nilai IPA semester 1 kelas VII tahun pelajaran 2008/2009 dan data pretes.
(2) analisis data setelah penelitian yaitu analisis terhadap data postes.
Analisis data sebelum
penelitian digunakan sebagai syarat dalam pengambilan sampel yaitu dengan
menguji homogenitas populasi, dan juga untuk mengetahui keadaan awal kedua
kelompok sebelum diadakan perlakuan. Analisis data setelah penelitian digunakan
untuk mengetahui keadaan akhir kedua kelompok setelah diadakan perlakuan.
Selain itu digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu dengan melakukan
uji normalitas, uji perbedaan dua rata-rata terhadap derajat miskonsepsi dan
data postes.
Metodologi
Penelitian ini
menggunakan penelitian eksperimental, dimana menggunakan pretest dan post test.Variabel yang diukur dalam
penelitian ini adalah:
1.
Variable terikat : Pembelajaran dengan
pendekatan konflik kognitif
2.
Variable bebas : mengurangi terjadinya miskonsepsi fisika
Instrumen
Pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi, dan
metode tes. Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan daftar nama siswa,
dan daftar nilai IPA semester 1 kelas VII tahun pelajaran 2008/2009. Metode tes
digunakan untuk mengukur aspek kognitif siswa. Tes yang digunakan adalah tes objektif
beralasan yaitu tes bentuk pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban disertai
dengan alasan.
Hasill Penelitian
Hasil penelitian pada penelitian ini adalah pendekatan
konflik kognitif dalam pembelajaran fisika mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap miskonsepsi fisika.. Selain itu pendekatan konflik kognitif dalam
pembelajaran fisika mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar
fisika.
Pembahasan dengan Teori Perspektif Kognitif
Di dalam teori perspekti kognitif dijelaskan tentang
komponen belajar yaitu :
- . Kerangka belajar, yang mencakup pengetahuan sebelumnya dimiliki
- . Proses identifikasi, seperti persepsi pengkodean, dan pengkonstruksian makna.
Dari keterangan di atas kita sudah bisa menyimpulkan
bahwasannya seseorang pemelajar harus sudah memiliki kerangka belajarnya
sebelum membahas pelajaran disekolah, kemudian akan terjadi proses pengidentifikasian.
Menurut Piaget di dalam belajar akan ada proses asimilasi dan akomodasi. Dengan
asimilasi siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka punyai untuk
berhadapan dengan fenomena baru. Dengan akomodasi siswa mengubah konsepnya yang
tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi.
Hal ini lah yang dapat meningkatkan pemahaman siswa
dalam belajar fisika agar tidak terjadi miskonsepsi. Biasanya fisika adalah
ilmu yang diperlukan pemahaman lebih dalam pengerjaan nya. Sedangkan siswa
hanya memiliki pengalaman yang mungkin sesuai dengan pembahasan fisika
tersebut. Sehingga setiap pengalaman yang ada akan mengasimilasi dan kalau ada
yang tidak sesuai maka proses akomodasi terjadi. Sehingga dengan ini pemahaman
siswa terhadap konsep fisika akan semakin meningkat.
Selain itu, kalau siswa belajar dengan system pemahaman
asimilasi dan akomodasi, besar kemungkinan proses belajar akan semakin berkesan
sehingga siswa dapat lebih mudah melakukan proses retrieval kembali karena akan tersimpan pada memori jangka panjang.
0 komentar:
Posting Komentar