Hari ini, 19 Desember
2012. Tepat sebulan setelah acara Studi Banding berlalu. Masih jelas terasa
susah tidurnya saat malam sebelum berangkat karena memikirkan kegiatan ini esok
pagi nya. Apakah bisa lancar atau malah acaranya kacau enggak karuan. Namun sekarang telah terjawab sudah. Medan-Bandung-Jakarta telah menjadi saksi ketangguhan
anak Psikologi Universitas Sumatera Utara.
Sekarang
kita akan mencoba belajar dari beberapa kejadian yang telah terjadi selama
proses persiapan acara sampai acara berlangsung dan acara selesai dengan teori
belajar yang ada J.
Proses
persiapan bukanlah proses yang bisa dilewati dengan mudah. Perlu perjuangan dan
air mata untuk melewati proses ini. Ya dengan air mata, tidak sedikit panitia
dan peseta yang meneteskan air mata karena takut kerja yang dilakukan tidaklah
maksimal.
Masih
ingat rasanya saat berdiskusi dengan bu Dina dan Bu Etty, di sela-sela diskusi
tak jarang bu Dina dan bu Etty memberikan motivasi kepada saya ataupun panitia
lainnya. Masih jelas rasanya saat bu Dina memberikan contoh kegiatan PRAMUKA
nya dulu yang sukses melakukan studi banding juga walaupun dalam setting yang sedikit berbeda dengan
studi banding ini. Tapi dari kegiatan
PRAMUKA itu saya banyak belajar tentang situasi bagaimana studi banding. Situasi
yang terkadang tidak terduga namun terjadi saat kegiatan seperti itu. Selain itu
bu Dina sering memberikan kata-kata motivasi “kalian adalah orang-orang pilihan”
sehingga kata-kata itu terus memotivasi saya khususnya.
Sama
halnya dengan bu Dina, bu Etty juga sering memberikan motivasi kepada kami. Perkataan
yang paling saya ingat waktu itu. Pas sekali dengan motivasi yang lagi menurun.
Bu Etty memberikan pertanyaan tentang “kamu sudah ngeh Rif sekarang menjadi ketua studi banding?” pertanyaan itu
rasanya terus mengawang-awang dalam hati saya. Hingga akhirnya saya sadar kerja
yang saya lakukan untuk studi banding waktu itu belum maksimal. Dari situ
semangat saya kembali memuncak.
Kisah
tersebut ternyata bisa kita hubungkan dengan asumsi belajar dari teorinya
Albert Bandura. Bandura menjelasakan bahwa pemelajar dapat:
- Mengabstrasi
rangkaian informasi dari pengamatan perilaku orang lain, dan
- Membuat
keputusan tentang perilaku untuk diadopsi dan diberlakukan
Dari
teori tersebut kita dapat melihat bahwa informasi yang bu Dina dan bu Etty
berikan mampu menambah semangat saya. Sehingga saya dapat membuat keputusan
tentang apa yang akan saya lakukan selanjutnya. Keputusan yang berlandaskan
motivasi yang sudah menguat kembali.
Selain
itu masih ingat juga rasanya dalam ingatan, saat pembelian tiket pesawat belum
selesai saya kerjakan. Lalu ibu Dina mengingatkan saya dengan nada suara yang
tidak biasa. Saya paham sebenarnya mengapa bu Dina melakukan hal tersebut. Memang
saya yang kurang berpengalaman waktu itu dalam hal pembelian tiket pesawat, namun
Alhamdulillah permasalahan itu dapat terselesaikan dengan aman. Saya melihat
kondisi tersebut dari teori BF Skinner tentang hukuman / punishment. hukuman / punishment
merupakan teknik control yang bertujuan untuk penguat perilaku juga. Menurut
BF Skinner hukuman terbagi menjadi dua., hukuman positif dan hukuman negative. Kisah
di atas termasuk ke dalam hukuman / punishment
yang positif. Hal ini dikarenakan
setelah mendapatkan hukuman itu, saya malah bersemangat untuk
menyelesaikan tugas membeli tiket pesawat.
Pada
saat kegiatan studi banding berlangsung sangat banyak pengalaman baru yang saya
dapatkan, namun sebelumnya coba kita lihat teori Vygotsky
(1962), tentang keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang
melalui interaksi sosial langsung.
Teori
tersebut sangat pas jika saya hubungkan dengan acara studi banding kemarin. Semua
aktifitas yang terjadi merupakan interaksi langsung yang saya rasakan. Seperti,
belajar bersama dengan anak Universitas Indonesia dan Universitas Padjadjaran Bandung
sangat membuka cakrawala tentang bagaimana perbedaan cara belajar dengan
Fakultas Psikologi USU. Semua terlihat berbeda saat belajar bersama di Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia. Di sana kondisi belajar sangat lah santai. Mahasiswa
boleh makan di kelas dan dosen dengan mahasiswa juga sangat cair kondisinya. Sehingga
kondisi kelas sangat lah aktif. Sebenarnya setelah saya mengalami langsung
belajar di UI saya terus membandingkan dengan kondisi belajar di kampus
sendiri. Setidaknya keaktifan mereka perlu saya tiru. Sehingga setelah
melakukan kuliah bersama mental saya sedikit berubah agar bisa aktif juga di
dalam kelas.
Disela-sela
kegiatan, bu Dina memberikan reward berupa sebuah barang untuk panitia studi banding.
Reward ini sangat menambah semangat saya waktu itu. Saat kondisi badan yang
capeknya luar biasa namun hilang seketika saat reward itu diberikan.
Reward
yang diberikan sangat menggambarkan teori Ivan Pavlov tentang penguatan atau
penghilangan perilaku yang diharapkan. Pada kasus di atas perilaku yang muncul
dari saya adalah semakin termotivasi dan semangat untuk menjalankan tugas
sebagai ketua setudi banding.
Namun
akhirnya semua sudah berlalu, proses pembelajaran yang terjadi saat studi
banding pun usai. Jujur saya sangat bangga punya tim studi banding yang luar
biasa hebatnya. Saya juga sangat bersyukur saat peserta yang ikut juga
merasakan kesenangannya. Kesenangan para peserta tentulah juga menambah
semangat saya sekarang. Hal ini sesuai dengan teori Thorndike tentang hukum efek
(law of effect) . Hukum efek (law of effect) ini menjelaskan tentang
suatu keadaan yang memuaskan setelah respons akan memperkuat koneksi antara
antara stimulus dan perilaku yang tepat, dan keadaan yang menjengkelkan akan
melemahkan koneksi tersebut. Dari teori ini, saya merasakan puas dengan kerja
temen-temen dalam mengisi kegiatan studi banding ini. Walaupun kegiatan tersebut
tidaklah sempurna dilaksanakan. Rasa puas ini membuat saya semakin termotivasi,
apalagi setelah kegiatan ini selesai ada rasa kerinduan agar bisa mengulang
kembali momen-momen indah studi banding itu.
Proses
yang terjadi saat kegiatan studi banding juga sangat bisa mendewasakan
pemikiran saya. Walaupun ibu Dina selaku pimpinan rombongan, namun title ketua panitia juga saya emban. Dimana
tanggungjawab terhadap rombongan juga saya pegang. Walaupun setiap hari
kekhawatiran tentang kegiatan itu terus saya pendam namun tetap saja itu semua
sangat sulit. Sedih rasanya saat melihat beberapa peraturan yang telah dibuat
malah dilanggar oleh peserta. Namun, rasa khawatir itu tak bisa dibendung
saat beberapa peserta keluar rombongan
hingga melewati waktu yang telah disepakati. Dan sewaktu beberapa peserta jatuh
sakit. Bahkan ada yang di bawa kerumah sakit. Saya sangat khawatir. Namun itu
semua menjadi pembelajaran yang sangat berarti buat saya. Setiap detik dalam
kegiatan studi banding itu sangat memberikan pembelajaran. Terima kasih “Psyche United” untuk pembelajaran yang
telah diberikan. Terima kasih juga untuk bu Dina dan bu Etty yang telah banyak
membantu dalam pendewasaan diri. Juga terima kasih kepada semua tim studi
banding 2012.
Semoga
fakultas Psikologi USU semakin jaya!